ASEAN Economy Community (AEC): Siapkah Infrastruktur Jalan dan Jembatan Indonesia?
ASEAN Economy Community
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi IX ASEAN yang
diselenggarakan di Bali, Indonesia, pada 7 Oktober 2003, disepakati Deklarasi
ASEAN Concord II. Dalam deklarasi tersebut, disepakati beberapa komitmen,
diantaranya adalah mengenai ASEAN Economic Community (AEC) yang semula akan
dilaksanakan pada tahun 2020, kemudian disepakati untuk dipercepat menjadi
tahun 2015. AEC bertujuan untuk mengintegrasikan ekonomi regional di kawasan
ASEAN. Dalam dokumen ASEAN Economic Community Blueprint yang diterbitkan
Sekretariat ASEAN di Jakarta pada Januari 2008, disebutkan karakteristik dan
elemen-elemen yang harus terpenuhi dalam pembentukan AEC, diantaranya adalah
(a) basis produksi dan pasar tunggal, (b) kawasan ekonomi yang sangat
kompetitif, (c) kawasan perkembangan ekonomi yang adil, (d) kawasan yang
terintegrasi penuh dengan ekonomi global. Masing-masing karakteristik AEC
tersebut, memiliki elemen-elemen inti terkait aksi yang dapat dilakukan
masing-masing negara untuk mempersiapkan AEC 2015.
Logo AEC |
Infrastruktur jalan dan jembatan Indonesia
Salah satu elemen inti terkait persiapan AEC 2015,
adalah pengembangan infrastruktur, yang merupakan bagian untuk mewujudkan
karakteristik kawasan ekonomi yang sangat kompetitif. Infrastruktur tersebut
diantaranya adalah di bidang transportasi, bidang informasi teknologi, dan
bidang energi dan sumber daya mineral. Bidang transportasi memerlukan perhatian
khusus dalam mengembangkan potensi kawasan pasar bebas ASEAN dalam AEC 2015. Diperlukan
jaringan transportasi yang efisien, aman, dan terintegrasi agar kawasan ASEAN
berkembang menjadi tujuan produksi, pariwisata, dan investasi juga pemerataan
pembangunan. Dalam mempersiapkan infrastruktur untuk AEC 2015, pembangunan
jaringan jalan dan jembatan mutlak dibutuhkan sebagai prasarana utama dalam
transportasi darat.
Infografis fakta
infrastruktur jalan dan jembatan Indonesia |
Infrastruktur transportasi darat berupa jalan dan
jembatan di Indonesia menurut World Economic Forum 2014, berada pada peringkat
72 besar dunia, atau naik 6 peringkat dari tahun 2013. Di kawasan ASEAN,
peringkat Indonesia masih berada di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand. Berdasarkan
Buku Informasi Statistik Pekerjaan Umum 2013, Indonesia sampai tahun 2013
memiliki ruas jalan nasional sepanjang 38.569,82 km, dimana 50,81% dalam
kondisi baik, 38,40% dalam kondisi sedang, 6,50% dalam kondisi rusak ringan,
dan 4,29% jalan nasional dalam kondisi rusak berat.
Infrastruktur jalan di Indonesia juga terdapat ruas yang
dikategorikan sebagai ruas jalan strategis nasional. Dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan juga dijelaskan bahwa Jalan Strategis Nasional
adalah jalan yang melayani kepentingan nasional dan internasional atas dasar
kriteria strategis, yaitu mempunyai peranan untuk membina kesatuan dan keutuhan
nasional, melayani daerah rawan, merupakan bagian dari jalan lintas regional
atau lintas internasional, melayani kepentingan perbatasan antar negara,
melayani aset penting negara serta dalam rangka pertahanan dan keamanan. Panjang
jalan strategis nasional rencana Indonesia sesuai dengan Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum No. 92/KPTS/M/2011 adalah sepanjang 11.577,807 km.
Selain itu, infrastruktur jalan di Indonesia juga
terdiri dari jalan tol atau yangdisebut jalan bebas hambatan. Jalan tol adalah
jalan yang masuknya dikendalikan secara penuh, tidak ada persimpangan sebidang,
dilengkapi pagar ruang milik jalan dan median, serta paling sedikit memiliki 2
(dua) lajur setiap arah dengan lebar lajur minimal 3,5 m. Jalan Tol merupakan
jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan
nasional yang penggunaannya diwajibkan membayar tol. Sampai Tahun 2013 jalan
tol yang beroperasi di Indonesia sepanjang 784 km di empat pulau besar, yaitu
Sumatera, Jawa, Bali dan Sulawesi. Ada pula beberapa ruas jalan tol yang
menjadi rencana prioritas, yaitu sepanjang 534 km. Salah satu ruas jalan tol
yang baru saja selesai dan diresmikan pada tahun 2015 ini adalah Ruas Tol
Cikampek-Palimanan yang merupakan ruas jalan tol terpanjang di Indonesia,
dengan panjang 116,75 km.
Jembatan merupakan bangunan pelengkap jalan yang
berfungsi sebagai penghubung dua ujung jalan yang terputus oleh sungai, saluran,
lembah, selat, laut, jalan raya dan jalan kereta api. Kondisi geografis
Indonesia yang merupakan kepulauan, memiliki banyak sungai, dan juga lembah
mengakibatkan keberadaan jembatan sangat dibutuhkan. Teknologi pembangunan
jembatan juga telah berkembang dengan pesat, mulai dari perencanaan, teknologi
bahan (beton, baja, kabel), teknologi perencanaan dan pelaksanaan serta
teknologi rehabilitasi dan perkuatan.
Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Bina
Marga telah mengembangkan suatu sistem pengelolaan jembatan yang dikenal
sebagai Sistem Manajemen Jembatan (Bridge
Management System / BMS). Peran dari sistem ini terutama untuk penyimpanan
data pekerjaan konstruksi dan rehabilitasi serta data inspeksi. Berdasarkan
data BMS Tahun 2012, terdapat sebanyak 16.509 unit jembatan pada ruas jalan
nasional dengan total panjang 391,35 ribu m.
Teknologi infrastruktur jalan dan jembatan di Indonesia
Dalam hal penguasaan dan penerapan teknologi
infrastruktur di bidang jalan dan jembatan, Indonesia sudah menerapkan beberapa
teknologi terkait proses perencanaan, konstruksi, monitoring dan evaluasi.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (Pusjatan), Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai lembaga penelitian dan pengembangan
teknologi terapan untuk infrastruktur jalan dan jembatan, telah “melahirkan”
beberapa teknologi terapan untuk infrastruktur jalan dan jembatan. Di bidang
bahan dan perkerasan jalan, terdapat teknologi pemanfaatan material aspal buton
atau disebut Asbuton, kemudian ada teknologi untuk perbaikan jalan berlubang
dengan teknologi tambalan cepat mantap, dan lain sebaginya. Di bidang geoteknik
jalan, terdapat teknologi timbunan ringan, penanganan tanah lempung, penanganan
stabilitas lereng, teknologi geotextile,
dan lain sebagainya.
Teknologi infrastruktur jalan dan jembatan di Indonesia |
Sedangkan di bidang lalu lintas dan lingkungan jalan,
terdapat teknologi Intelligent
Transportation System (ITS), pemeriksaan kondisi jalan dengan Hawk Eye,
pedoman jalan hijau, ruang henti khusus (RHK) untuk sepeda motor, pengukuran
beban kendaraan bergerak (weigh-in-motion
/ WIM) dan lain sebagainya. Di bidang jembatan, teknologi yang sedang
dikembangkan adalah jembatan integral, jembatan dengan material Fiber Reinforced Polimer (FRP), jembatan
dengan konstruksi terapung, pemanfaatan jembatan sebagai instrumen pengukur
beban kendaraan bergerak (WIM Bridges),
pengembangan teknologi beton tanpa atau sedikit semen dengan memanfaatkan
limbah fly ash, dan lain sebagainya.
Kesiapan infrastruktur jalan dan jembatan Indonesia
Selama ini Indonesia memang masih dalam tahapan
membangun infrastruktur, infrastruktur yang ada saat ini belum memadai dan
belum merata. Oleh karena itu, pembangunan Infrastruktur Indonesia di masa
pemerintahan presiden Joko Widodo kini mendapat perhatian khusus dan menjadi
prioritas utama. Anggaran untuk membiayai infrastruktur naik signifikan, salah
satunya adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang mendapat
anggaran Rp 105 triliun, naik sekitar 33.7% dari anggaran sebelumnya. Anggaran
tersebut diantaranya digunakan untuk pembangunan infrastruktur jaringan
infrastruktur jalan dan jembatan seperti pembangunan ruas jalan nasional baru
sepanjang 2.650 km dan jalan tol sepanjang 1000 km. Teknologi infrastruktur
bidang jalan dan jembatan yang dikembangkan dapat dimanfaatkan dan diterapkan
dalam tahapan perencanaan, konstruksi, monitoring dan evaluasi dari pembangunan
infrastruktur jalan dan jembatan. Sehingga diharapkan pembangunan infrastruktur
jalan dan jembatan dapat terlaksana sesuai target dengan efektif dan efisien
terkait anggaran yang tersedia cukup besar.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan
infrastruktur di Indonesia adalah belum meratanya pembangunan infrastruktur selama
ini di seluruh wilayah Indonesia. Wilayah seperti Sumatera dan Jawa mungkin
memiliki infrastruktur jaringan jalan yang sudah cukup siap, kemudian wilayah
tengah seperti Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara saat ini banyak
melakukan pembangunan infrastruktur, sedangkan infrastruktur di wilayah
Indonesia Timur seperti Papua dan Maluku masih perlu dibangun dalam kuantitas
yang besar. Oleh karena itu, dalam rangka pemerataan dan persiapan
infrastruktur Indonesia, khususnya infrastruktur bidang jalan dan jembatan di
wilayah timur perlu dijadikan prioritas utama dalam percepatan pembangunan infrastruktur.
Untuk mempermudah pembangunan di wilayah tersebut, langkah awal yang dapat
dilakukan adalah pembangunan pelabuhan dan bandara baru sehingga distribusi
logistik lebih cepat dan murah. Dalam program Kementerian PPN/Bappenas
2015-2019 telah dicanangkan pembangunan
lima pelabuhan baru dan lima bandar baru di kawasan Indonesia Timur. Dengan
demikian, pembangunan infrastruktur jaringan jalan dan jembatan akan lebih
mudah terkait cepat dan murahnya akses material yang diperlukan dari lokasi
lain.
Dalam menghadapi AEC 2015 ini, dapat dikatakan aspek
infrastruktur Indonesia belum cukup siap, terkait belum meratanya pembangunan
infrastruktur yang telah dilakukan selama ini. Namun, pemerintah tengah giat
dan menggalakan pembangunan infrastruktur sebagai prioritas utama dalam lima
tahun ke depan dengan mempertimbangkan kemerataan di wilayah Indonesia Timur.
Diharapkan dengan pembangunan infrastruktur yang sedang dilakukan ini, dalam
menghadapi AEC, Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dibanding negara ASEAN
lain, dan daya saing Indonesia meningkat seiring meratanya pembangunan
infrastruktur. Sehingga Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, dapat
berkembang dan menjadi negara yang maju dan unggul di kawasan ASEAN di masa
yang akan datang.
Referensi
- ASEAN Economic Community Blueprint, ASEAN Secretariat. Jakarta, Indonesia: 2008.
- Buku Informasi Statistik Pekerjaan Umum, Kementerian Pekerjaan Umum. Jakarta, Indonesia: 2013.
- The Global Competitiveness Report 2013 – 2014, World Economic Forum 2014. Davos-Klosters, Switzerland: 2014.
- Program Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur 2015-2019, Kementerian PPN/ Bappenas. Jakarta, Indonesia: 2015.
- Produk Penelitian dan Pengembangan, Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. http://www.pusjatan.pu.go.id/. Diakses tanggal: 30 Juli 2015.
Majalah Cremona #15 |
Komentar
Posting Komentar